بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
(Bismillahir rohmanir rohim)
Air yang bercampur dengan sesuatu yang najis.
Pertama: Jika najis yang ada dalam air itu merubah salah satu dari rasa, warna atau bau air tersebut, menurut kesepakatan ulama (ijma’), air tersebut tidak dapat digunakan untuk bersuci sama sekali. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibnu Mundzir dan Ibnu Mulqin.
Kedua: Air tetap dalam status kemutlakannya jika ketiga sifat yang meliputi rasa, bau atau warna tidak mengalami perubahan. Hukum air semacam ini adalah suci dan menyucikan, baik jumlah air tersebut sedikit ataupun banyak. Adapun yang menjadi landasan atas pendapat ini adalah hadits Abu Hurairah radhiyallahu ánhu. Ia berkata, “Seorang Arab pedalaman berdiri lalu kencing dalam masjid. Dengan cepat para sahabat bangkit untuk menegurnya. Melihat hal itu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. bersabda, “Biarkan dia! Sirami kencingnya dengan satu ember atau satu timba air! Sesungguhnya kalian diutus untuk memberi kemudahan, bukan untuk mempersulit..” HR Bukhari kitab “Al Wudhû’,” bab “Tark An Nabi wa An Nas Al A’rabi hatta Faragha min Baulihi fî Al Masjid,” jilid I, hal. 65. Abu Daud kitab “Ath Thahârah,” bab “Al Ardh Yushibuha Al Baul,” jilid I, hal 91. Nasai kitab “Al Miyâh,” bab “At Tauqît fî Al Mâ’,” jilid I, hal. 175. Tirmidzi kitab “Abwâb Ath Thahârah,” bab “Mâ Jâ’a fî Al Baul Yushib Al Ardh” [147], jilid I, hal. 275. Ibnu Majah kitab “Ath Thahârah,” bab “Al Ardh Yushibuha Al Baul,” jilid I, hal. 176.
Demikian semoga bermanfaat bagi kita semua. Wallahu 'aklam bish showab.
0 komentar:
Posting Komentar