Social Icons

...

Senin, 13 Oktober 2014

Hukum Bejana

Hukum-Hukum Bejana
     Diantara hukum-hukum yang berkaitan dengan bejana (mangkok, cangkir, piring dan   lainya) yang patut diketahui adalah:

   1) Hukum bejana yang terbuat dari emas dan perak.

   Diharamkan mengunakan bejana yang terbuat dari emas dan perak untuk tempat makan  dan minum, baik untuk laki-laki maupun perempuan. Rosulullah saw bersabda:

    "وَلَا تَشْرَبُوْا فِيْ آنِيَةِ الذَّهَبِ وَالفِضَّةِ وَلَا تَأْكُلُوْا فِيْ صِحَافِهَا فَإِنَّهَا لَهُمْ فِيْ الدُّنْيَا وَلَنَا فِيْ           الآخِرَةِ".

".... dan janganlah kalian minum pada bejana emas dan perak dan jangan pula makan pada     piring yang terbuat dari keduanya. Kedua bejana tersebut untuk mereka (orang-orang kafir) didunia dan akan menjadi milik kita diakherat kelak". (HR. Bukhori:5426 dan Muslim:5/2067)

   Hadits diatas menjadi dalil bagi pengharaman bejana serta piring yang terbuat dari emas  dan perak sebagai tempat makan dan minum. Baik dari emas murni maupun emas yang dicampur dengan perak.

   Diharamakannya makan dan minum dalam bejana dan piring emas dan perak, baik laki-laki maupun perempuan adalah karena keduanya digunakan untuk orang-orang kafir didunia.

   2) Bejana dari kulit bangkai

     Sama dengan hukum bejana yang terbuat dari emas dan perak yaitu haram menggunakannya, karena kulit bangkai adalah najis. Adapun jika kulit bangkai tersebut sudah didibagh atau disamak (dikeringkan setelah dicuci bersih),maka telah suci dan boleh digunakan sebagai bejana untuk mekan dan minum.

   Rosululloh saw bersabda:

    "إِذَا دُبِغَ الإِهَابُ فَقَدْ طَهُرَ".

   "Apabila kulit bangkai telah didibagh, maka ia telah suci". (HR.Bukhori dan Muslim)

 

 

 

 

 

 

 

   E.  Benda-Benda Najis

    Benda-benda yang tergolong najis diantaranya:

  1) sesuatu yang keluar dari salah satu dari dua jalan yaitu dari qubul dan dubur, seperti:

·        Tinja (kotoran/ tahi)

Abdulloh bin Mas’ud berkata tentang cara istinja’ Rosululloh saw:

وَأَلْقَى الرَّوْثَةَ وَقَالَ: "إِنَّهَا رِجْسٌ".

"beliau saw membuang tinja (kering) dan beliau bersabda: sesungguhnya itu adalah najis". (HR. Muslim: 156)

·        Air kencing

Anas bin Malik ra berkata:

جَاءَ أعْرَابيّ فَبَاَلَ في طَائِفَةِ المَسْجدِ فَزَجَرَهُ النَّاسُ، فَنَهَاهُمُ النَّبِيُّ صَلَّّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَمَّا قَضَى بَولَهُ، أمَرَ النبي صلى الله عليه وسلم بِذَنُوبٍ مِنْ مَاءٍ فأهْرِيقَ عَلَيْهِ.

"Seorang Arab badui berdiri dan buang air kecil didalas masjid. Maka orang-orang mencelanya, lalu Nabi saw melarang mereka, ketika selesai kencinya, Nabi saw menyuruh dengan satu ember air untuk menyiram air kecil tersebut…". (HR. Bukhori:220 dan Muslim: 283)

·        Madzi (cairan encer akibat rangsangan sahwat yang keluar dengan tidak sengaja)

·        Wadi (cairan putih encer setelah selesai buang air kecil atau saat mengalami kecapaian)

Ali bin Abi Tholib  ra berkata:

فَأمَرْتُ المِقْدادَ بْنِ الأسْوَد إِلَى النَّبِيِّ  فَسَأَلَهُ عَنِ المَذِيِّ يَخْرُجُ مِنَ الإِنْسَانِ كَيْفَ يَفْعَلُ بِهِ؟، فَقَاَل : "تَوَضأ وَاْنضَحْ فَرْجَكَ"  .

"Kami mengutus miqdad bin Aswad kepada Rosululloh saw untuk menanyakan tentang  madzi yang keluar dari manusia, apa yang harus diperbuat? Beliau menjawab: Wudhulah dan bersihkan kemaluannya". (HR. Muslim:303,19)

·        Darah Haid dan Nifas

Asma’ binti Abu Bakar ra berkata:

"Seorang wanita bertanya kepada Rosululloh saw: Ya Rosulalloh, apa pendapatmu apabila salah seorang kami darah haidnya mengenai baju, apa yang harus dilakukan? Rosululloh saw menjawab: apabila darah haid mengenai baju, maka keriklah kemudian bersihkanlah dengan air kemudian baru gunakan untuk sholat". (HR. Bukhori: 307 dan Muslim: 29

    2) Kulit bangkai (akan tetapi boleh memanfaatkannya apabila sudah disamak/   dikeringkan)

   Abdulloh bin Abbas ra berkata: aku mendengar Rosulalloh saw bersabda:

"إِذَا دُبِغَ الإِهَابُ فَقَدْ طَهُرَ".

   "Apabila kulit bangkai telah didibagh, maka ia telah suci". (HR.Bukhori dan Muslim)

Thoharoh itu artinya bersih dan suci. Sedangkan para ulama biasa memaknai thoharoh dalam bahasan fikih dengan menghilangkan sesuatu yang melekat pada badan yang kotoran tersebut menyebabkan tidak boleh melaksanakan shalat.

0 komentar:

Posting Komentar