بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
(Bismillahir rohmanir rohim)
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada
Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.
Adapun air yang bercampur dengan benda yang suci, seperti: sabun, minyak
za’faran, tepung dan sebagainya, yang pada umumnya terpisah dari air,
maka hukum air tersebut tetap suci dan menyucikan selama masih masuk
dalam kategori air mutlak. Jika tidak lagi masuk dalam kategori air
mutlak, maka air itu hukumnya suci, tapi tidak dapat menyucikan benda
lain.
Dari Ummu ‘Athiyyah, ia berkata, “Ketika putri Rosulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam. (Zainab) wafat, beliau masuk (ke dalam ruangan kami), lalu beliau bersabda, ‘Mandikanlah dia (jenazah Zainan) sebanyak tiga, lima kali atau lebih dari itu – jika perlu, – dengan air yang dicampur dengan daun bidara. Lalu campurlah air itu dengan kapur barus atau yang sejenis dengannya. Apabila telah selesai, beritahukan kepadaku.’ Setelah selesai memandikan, kami pun memberitahukan kepada beliau. Kemudian beliau menyerahkan sehelai kain kafan (sejenis sarung) seraya berkata, ‘Balutkan kain ini pada tubuhnya’ HR Bukhari kitab “Al Jumu’ah,” bab “Ghusl Al Mayyit wa Wudhuihi bi Al Mâ wa as-Sidr,” jilid I, hal. 93. Muslim kitab “Al Janâiz,” bab “fî Ghusl Al Mayyit” [40], jilid II, hal. 467. Nasai kitab “Al Janâiz,” bab “Ghusl Al Mayyit Aktsar min Sab’ah” [1889], jilid IV, hal. 31. Tirmidzi kitab “Al Janâ’iz,” bab “Mâ Jâ’a fî Ghusl Al Mayyit” [990], jilid III, hal. 306. Beliau berkata, Hadits ini hasan shahih.” Ibnu Majah kitab “Al Janâ’iz,” bab “Mâ Jâ’a fî Ghusl Al Mayyit” [2458], jilid I, hal.486.
Mayat tidak boleh dimandikan kecuali dengan air yang bener-benar suci untuk orang yang masih hidup. Imam Ahmad, Nasai dan Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dari Ummu Hani’, ia berkata, Rosulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam. pernah mandi (junub) bersama Maimunah dari satu bejana, yaitu sebuah bejana besar yang di dalamnya terdapat sisa adonan roti (tepung).”
Dari Ummu ‘Athiyyah, ia berkata, “Ketika putri Rosulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam. (Zainab) wafat, beliau masuk (ke dalam ruangan kami), lalu beliau bersabda, ‘Mandikanlah dia (jenazah Zainan) sebanyak tiga, lima kali atau lebih dari itu – jika perlu, – dengan air yang dicampur dengan daun bidara. Lalu campurlah air itu dengan kapur barus atau yang sejenis dengannya. Apabila telah selesai, beritahukan kepadaku.’ Setelah selesai memandikan, kami pun memberitahukan kepada beliau. Kemudian beliau menyerahkan sehelai kain kafan (sejenis sarung) seraya berkata, ‘Balutkan kain ini pada tubuhnya’ HR Bukhari kitab “Al Jumu’ah,” bab “Ghusl Al Mayyit wa Wudhuihi bi Al Mâ wa as-Sidr,” jilid I, hal. 93. Muslim kitab “Al Janâiz,” bab “fî Ghusl Al Mayyit” [40], jilid II, hal. 467. Nasai kitab “Al Janâiz,” bab “Ghusl Al Mayyit Aktsar min Sab’ah” [1889], jilid IV, hal. 31. Tirmidzi kitab “Al Janâ’iz,” bab “Mâ Jâ’a fî Ghusl Al Mayyit” [990], jilid III, hal. 306. Beliau berkata, Hadits ini hasan shahih.” Ibnu Majah kitab “Al Janâ’iz,” bab “Mâ Jâ’a fî Ghusl Al Mayyit” [2458], jilid I, hal.486.
Mayat tidak boleh dimandikan kecuali dengan air yang bener-benar suci untuk orang yang masih hidup. Imam Ahmad, Nasai dan Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dari Ummu Hani’, ia berkata, Rosulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam. pernah mandi (junub) bersama Maimunah dari satu bejana, yaitu sebuah bejana besar yang di dalamnya terdapat sisa adonan roti (tepung).”
Sebagaimana yang dijelaskan pada kedua hadits di atas, kita tahu bahwa air tersebut telah bercampur dengan benda-benda suci. Namun, air tersebut tidak berubah statusnya dan masih dalam kategori air mutlak.
Ummu Athiyah
berkata:
دَخَلَ عَلَيْنَا النَّبِيِّ وَ نَحْنُ نَغْسِلُ
ابْنَتَهُ فَقَالَ: اغْسِلْنَهَا ثَلَاثًا أَوْ خَمْسًا أَوْ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ
إِنْ رَأَيْتُنَّ مِنْ ذَلِكَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ
"Nabi saw
memasuki kami saat kami memandikan anak putrinya. Beliau bersabda: mandikanlah
tiga kali, lima kali atau lebih jika dipandang perlu dengan campuran air dan
daun bidara….". (HR. Bukhori : 1253 dan Muslim: 939)
Demikian semoga bermanfaat bagi kita semua. Wallahu 'aklam bish showab.
Demikian semoga bermanfaat bagi kita semua. Wallahu 'aklam bish showab.
0 komentar:
Posting Komentar