سْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّم
(Bismillahir rohmanir rohim)
(Bismillahir rohmanir rohim)
Macam-Macam Najis
Dalam ajaran Islam, najis dibagi menjadi tiga macam, yaitu najis mugallazah, mukhaffafah, dan mutawassitah.
Najis Sedang
Najis sedang (Mutawassitah) adalah semua najis yang idak termasuk dua macam najis di atas (mugallazah dan mukhaffafah). Najis mutawassitah ada dua, yaitu mutawassitah hukmiyyah dan mutawassitah ‘ainiyah.
- Mutawassitah hukumiyyah adalah najis yang diyakini adanya tetapi tidak ada bau, rasa, ataupun wujudnya, seperti kencing yang sudah kering. Cara menyucikannya cukup disiram air diatasnya.
- Mutawassitah ‘ainiyah adalah najis yang masih ada wujud, bau, atau pun rasa. Cara menyucikannya adlah dibasuh samapai hilang wujud, bau, ataupun rasa (kecuali jika sangat susah dihilangkan).
- Demikian tulisan mengenai Pengertian, Macam, dan Cara Thaharah. Semoga bermanfaat.
Najis mutawassitah (pertengahan), yaitu najis selain anjing dan babi dan selain kencing bayi laki-laki yang belum makan selain susu. Yaitu seperti kencing manusia, tahi
binatang dan darah. Najis-najis itu disebut mutawassitah, karena mereka
tidak bisa suci dengan sekedar diperciki air, namun tidak wajib dicuci berkali-kali, manakala ujudnya telah hilang dengan satu kali basuhan saja.
Hadits
Al-Bukhari (214) telah meriwayatkan dari Anas RA, dia berkata:
كاَنَ النَّبِيُّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِذَا تَبَرَّزَ لِحَاجَتِهِ اَتَيْتُهُ بِمَاءٍ فَيَغْسِلُ بِهِ
Apabila Nabi sholallahu 'alaihi wasallam keluar ke tanah lapang untuk memnuhi hajatnya, maka aku bawakan air untuk beliau, lalau beliau gunakan air itu untuk bersuci.
Tabarraza lihajatihi: keluar menuju al-baraz (tanah lapang), untuk memnuhi hajatnya, yaitu buang air kecil atau pun besar.
Dan juga al-Bukhari (176) dan Muslim (303) telah meriwayatkan dari Ali RA, dia berkata:
كُنْتُ رَجُلاً مَذَّاءً، فاَسْتَحْيَيْتُ اَنْ اَسْاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَاَمَرْتُ الْمِقْدَادَبْنَ اْلاَسْوَدِ فَسَاَلُهُ فَقاَلَ: فِيْهِ الْوُضُوْءُ، وَلِمُسْلِمٍ: يَغْسِلُ ذَكَرَهُ وَيَتَوَضَّأُ
Aku adalah seorang lelaki yang banyak mengeluarkan mazhi. Aku malu bertanya kepada Rasulullah sholallahu 'alaihi wasallam maka saya suruh al-Miqdad Ibnu ‘l-Aswad menanyakan kepada beliau, maka jawab beliau: “Madzi itu mewajibkan wudhu’. Sedang menurut Muslim: “Hendaklah ia mencuci kemaluannya, lalu berwudhu.
Madzdza’: orang yang banyak mengeluarkan mazhi, yaitu cairan yang kuning bening, yang pada umumnya keluar ketika memuncaknya syahwat.
Dan al-Bukhari (155) meriwayatkan pula dari ‘Abdullah bin Mas’ud RA, dia berkata:
اَتىَ النَّبِيُّ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْغَائِطَ، فَاَمَرَنِى اَنْ اَتِيَهُ بِثَلَثَةِ اَحْجَارٍ فَوَجَدْتُ حَجَرَيْنِ وَالْتَمَسْتُ الثّاَلِثُ فَلَمْ اَجِدْهُ، فَاَخَذْتُ رَوْثَةً فاتَيْتُهُ بها، فَاَخَذَ الحَجَرَيْنِ والقى الرَّوْثَةً وَقاَلَ: هَذَا رِكْسٌ.
Nabi sholallahu 'alaihi wasallam telah buang air besar, lalu menyuruh saya membawakan untuk beliau tiga butir batu. Tetapi saya hanya menemukan dua butir saja, dan saya mencari yang ketiga, namun tidak ada. Maka saya ambil tahi binatang, lalu saya bawa kepada beliau. Dua butir batu itu beliau ambil, sedang tahi binatang itu beliau buang, seraya bersabda: “Ini najis.”
Hadits-hadits ini menunjukkan bahwa benda-benda tersebut di atas adalah najis. Dan benda-benda lain yang belum disebutkan, Anda kiaskan sendiri dengan benda-benda tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar