بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
(Bismillahir rohmanir rohim)
Hukum Tidur dalam Keadaan Junub
Ada yang
berhubungan intim di malam hari dengan pasangannya sehingga ia pun
junub, lalu tidur malam tanpa mandi wajib terlebih dahulu. Apakah
seperti ini dibolehkan? Bolehkah seseorang tidur dalam keadaan junub
tanpa mandi atau wudhu terlebih dahulu?
Ada hadits yang menyebutkan sebagai berikut,
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ – صلى
الله عليه وسلم – أَيَرْقُدُ أَحَدُنَا وَهْوَ جُنُبٌ قَالَ « نَعَمْ
إِذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرْقُدْ وَهُوَ جُنُبٌ »
Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata bahwa ‘Umar bin Al Khottob pernah bertanya pada Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, “Apakah salah seorang di antara kami boleh tidur sedangan ia dalam keadaan junub?” Beliau menjawab, “Iya, jika salah seorang di antara kalian junub, hendaklah ia berwudhu lalu tidur.” (HR. Bukhari no. 287 dan Muslim no. 306).
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ وَهْوَ جُنُبٌ ، غَسَلَ فَرْجَهُ ، وَتَوَضَّأَ لِلصَّلاَةِ
“Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam biasa jika dalam keadaan
junub dan hendak tidur, beliau mencuci kemaluannya lalu berwudhu
sebagaimana wudhu untuk sholat.” (HR. Bukhari no. 288).
‘Aisyah pernah ditanya oleh ‘Abdullah bin Abu Qois mengenai keadaan Nabi shollallahu ’alaihi wa sallam,
كَيْفَ
كَانَ يَصْنَعُ فِى الْجَنَابَةِ أَكَانَ يَغْتَسِلُ قَبْلَ أَنْ يَنَامَ
أَمْ يَنَامُ قَبْلَ أَنْ يَغْتَسِلَ قَالَتْ كُلُّ ذَلِكَ قَدْ كَانَ
يَفْعَلُ رُبَّمَا اغْتَسَلَ فَنَامَ وَرُبَّمَا تَوَضَّأَ فَنَامَ. قُلْتُ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى جَعَلَ فِى الأَمْرِ سَعَةً.
“Bagaimana Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam jika dalam
keadaan junub? Apakah beliau mandi sebelum tidur ataukah tidur sebelum
mandi?” ‘Aisyah menjawab, “Semua itu pernah dilakukan oleh beliau.
Kadang beliau mandi, lalu tidur. Kadang pula beliau wudhu, barulah
tidur.” ‘Abdullah bin Abu Qois berkata, “Segala puji bagi Allah yang
telah menjadikan segala urusan begitu lapang.” (HR. Muslim no. 307).
Berikut keterangan Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di ketika menjelaskan hadits ‘Umar dalam penjelasan kitab ‘Umdatul Ahkam.
Para ulama berkata bahwa disunnahkan bagi yang junub untuk berwudhu
ketika hendak makan, minum, tidur ataupun ketika ingin mengulangi
hubungan intim. Namun jika memilih untuk mandi, itu lebih sempurna.
Jika tidak berwudhu, maka berarti meninggalkan yang lebih utama. Untuk
tidur, dimakruhkan untuk tidur dalam keadaan junub berdasarkan dalil
ini. Karena orang yang tidur terlepas ruhnya sementara waktu. Ketika
itu, ruh tersebut sujud di hadapan Allah. Sedangkan jika seseorang dalam
keadaan junub, tidak bisa seperti itu. Jadinya, jika seseorang tidur
dalam keadaan junub lantas junubnya tersebut tidak juga diperingan
dengan wudhu, maka maksud ruh untuk sujud di sini tidaklah tercapai.
Begitu pula ada maslahat jika seseorang mandi terlebih dahulu untuk
menghilangkan junub sebelum tidur. Ada maslahat badaniyah di sana, yaitu
badan bertambah semangat dan ia pun ketika bangun tidur bertambah fit.
Jika tidak mandi, maka minimal berwudhu. Jika tidak berwudhu, maka badan
akan mudah malas dan lemas. Ketika bangun tidur pun demikian, bahkan
lebih bertambah malas.
Hadits di atas intinya menjelaskan tidak mengapa seseorang tidur
dalam keadaan junub, namun disarankan berwudhu terlebih dahulu. Lihat Syarh ‘Umdatil Ahkam, hal. 87.
Namun hadits di atas masih menunjukkan bolehnya orang yang junub tidur walau tidak dengan wudhu. Ketika Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Apakah salah seorang di antara kami boleh tidur sedangan ia dalam keadaan junub?” Beliau lantas menjawab, “Iya.” Ini menunjukkan bahwa wudhu tersebut hanyalah disunnahkan, bukanlah wajib. Karena jawaban Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam
dapat berarti boleh tidur dalam keadaan junub (walau tanpa wudhu).
Lihat penjelasan guru kami, Syaikh Sa’ad bin Nashir Asy Syatsri hafizhohullah dalam Syarh ‘Umdatil Ahkam, 1: 92.
Kesimpulan keadaan orang yang junub sebelum tidur:
1- Junub lalu mandi sebelum tidur, ini lebih sempurna.
2- Junub dan wudhu terlebih dahulu sebelum tidur, ini yang disunnahkan untuk memperingan junub.
3- Junub dan tanpa wudhu, lalu tidur. Seperti ini masih dibolehkan. Wallahu a’lam. Moga jadi ilmu yang bermanfaat.
Referensi:
Syarh ‘Umdatil Ahkam, -guru kami- Syaikh Sa’ad bin Nashir Asy Syatsri, terbitan Kunuz Isybiliyaa, cetakan pertama, tahun 1429 H. Syarh ‘Umdatil Ahkam, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, terbitan Darut Tauhid, cetakan pertama, tahun 1431 H.
Sumber Artikel http://rumaysho.com
0 komentar:
Posting Komentar